Sabtu, 10 Mei 2014

HIV-AIDS DI TANAH BUMBU



AIDS adalah akronim dalam bahasa inggris Acquired Immunodeficiency Syndrome yang merupakan kumpulan dari berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat dari hilangnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi dari Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Kusuma dkk, 2012).
       Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh atau imunitas manusia dan menyebabkan Aqciured Immunodeficiency Symndrome (AIDS). HIV positif adalah orang yang telah terinfeksi virus HIV dan tubuh telah membentuk antibodi (zat anti) terhadap virus. Mereka berpotensi sebagai sumber penularan bagi orang lain. AIDS (Aqcuired Immunodeficiency Syndrome) atau sindroma defisiensi imun akut adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem imun yang timbul akibat infeksi HIV. AIDS sering bermanifestasi dengan munculnya berbagai penyakit infeksi oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme dan lainnya (Soedarto, 2009).
       Penyakit AIDS bagaikan gunung es (ice berg phenomena) yang tampak hanya puncaknya saja. Operasionalnya ibarat salju yang menggelinding menerjang siapa saja yang tidak waspada. Di Indonesia sendiri pada priode bulan Januari-Maret 2013 dilaporkan tambahan kasus HIV dan AIDS secara nasional yaitu : HIV 5369 dan AIDS : 460. Angka ini menambah jumlah kasus HIV/AIDS dari 1 Januari 1987 sampai dengan 31 Maret 2013 menjadi 147.106 yang terdiri atas HIV 103.759 dan AIDS 43.347 dengan 8,288 % kematian (Harahap, 2013).
       Ditjen PP & PL, Kemenkes, melaporkan kasus kumulatif HIV/AIDS pada priode 1 April 1987 sampai dengan 31 Maret 2013 tertanggal 17 Mei 2013, Prevalensi Kasus AIDS per 100.000 penduduk berdasarkan provinsi, di Kalimantan Selatan dengan angka kejadian sebesar 3,69 % (Harahap, 2013).
       Laporan Perkembangan HIV dan AIDS Tahun 2002 – Maret 2013 Provinsi Kalimantan Selatan tertanggal 22 Juli 2013 jumlah kejadian kasus HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin tersebar di 13 kabupaten kota se Kalimantan Selatan. Jumlah kasus HIV pada laki-laki sebanyak 65 kasus, perempuan sebanyak 241 kasus dan 45 kasus adalah tidak diketahui jenis kelaminnya. Jumlah kasus AIDS pada laki-laki sebanyak 176 kasus, perempuan sebanyak 103 kasus dan tidak diketahui 0 kasus. Total keseluruhan kejadian HIV/AIDS pada laki-laki dan perempuan maupun tidak diketahui adalah sebesar 630 kasus (KPA Tanah Bumbu, 2013).
       Dinas kesehatan provinsi Kalimantan Selatan melaporkan tertanggal 22 Juli 2013 jumlah kasus HIV/AIDS berdasarkan faktor resiko, yaitu seksual 512 kasus, perinatal 10 kasus, penasun 44 kasus, transfusi 2 kasus dan tidak diketahui 62 kasus (KPA Tanah Bumbu, 2013).
       Laporan Perkembangan HIV dan AIDS Tahun 2002 – Maret 2013 Provinsi Kalimantan Selatan tertanggal 22 Juli 2013 jumlah kejadian kasus HIV/AIDS berdasarkan kabupaten atau kota di Tanah Bumbu yaitu HIV : 162 kasus dan AIDS : 28 kasus. Berdasarkan laporan tersebut didapatkan terbesar angka prevalensi 0.7 % di Tanah Bumbu dari jumlah penduduk Tanah Bumbu sebesar 277.924 jiwa (KPA Tanah Bumbu, 2013).
       Sementara itu seiring makin bertambahnya jumlah pengidap HIV/AIDS di Tanah Bumbu, bertambah pula jumlah para Pekerja Seks Komersial (PSK). Di Tanah Bumbu terdapat lokasi PSK berpraktik secara ilegal yang para pekerjanya berasal dari beberapa kabupaten di Jawa Timur. Apalagi dengan adanya penutupan lokalisasi PSK di Surabaya, para PSK itu berdatangan ke wilayah Tanah Bumbu. Di lokasi PSK yang dikenal dengan nama Kapis, sekitar 18 kilometer dari Batulicin Ibukota Tanah Bumbu, diperkirakan setidaknya terdapat kini 500-an PSK. Keberadaan dan bertambahnya para PSK di lokasi tersebut tentu semakin menambah kerawanan akan para pengidap HIV/AIDS yang baru. Ini belum terhitung para PSK yang beroperasi secara bebas di luaran yang berpraktik di hotel-hotel maupun penginapan. Ditambah keberadaan beberapa lokasi PSK di daerah kecamatan (Suryaputera, 2014).
       Pada dasarnya, transmisi HIV dimana – mana sama yaitu melalui hubungan seksual (homoseksual, heteroseksual), lewat darah (tranfusi darah, transplantasi organ dan penggunaan peralatan untuk lebih dari 2 orang seperti peralatan suntik, sikat gigi, tusuk gigi, pisau cukur dan peralatan lainnya yang digunakan dengan mengindahkan prinsip sterilisasi) dan perinatal (dari ibu kejanin atau anak melalui ASI). Waktu dari infeksi primer HIV hingga memunculkan manifestasi infeksi sekunder AIDS memerlukan waktu sekitar 3–13 tahun atau rata–rata 10 tahun (Nasronudin, 2007).